Pulau Panjang
- Eko Bengkel NAVIGASI
PULAU Panjang selama ini menjadi daya pikat atau menjadi "menu
plus" bagi wisatawan yang mengunjungi Pantai Kartini. Dengan biaya
Rp 6.000 untuk ongkos perahu mesin, orang bisa mengarungi pulau tersebut
untuk memancing atau sekadar melihat-lihat pemandangan.
Pulau Panjang yang terletak dua mil arah barat Pantai Kartini Jepara
perlu mendapatkan perhatian serius dari Pemkab Jepara agar keberadaannya
tetap terjaga. Pulau yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata itu kini kondisinya mengkhawatirkan, menyusul rusaknya ekosistem pantai dan daratan pulau.
Pantauan Suara Merdeka pekan lalu di kawasan tersebut menunjukkan, keindahan ekosistem daratan nyaris hilang. Ratusan pohon cemara dan randu sebagian besar sudah meranggas tanpa daun, bahkan banyak yang sudah kering dan mati. Hal itu bisa menyebabkan populasi ribuan burung bangau dan elang yang bersarang di pohon-pohon tersebut terancam.
Saat ini sarang-sarang burung itu hanya tersangkut di dahan-dahan dan ranting-ranting pohon yang mengering sehingga tampak jelas dari bawah. Burung-burung pun -yang tanpa pelindung dedaunan- sepertinya tak lagi nyaman karena terusik lalu-lalang para pengunjung.
Sementara itu semak-semak belukar di kawasan tersebut juga mengering, lebih-lebih pada saat kemarau seperti ini. Tak heran jika banyak pengunjung mudah berceloteh bahwa pulau itu bisa saja hangus terbakar andai ada yang nekat membakarnya.
Selain kotor dan berkesan kurang terawat, dedaunan yang rontok dan mengonggok juga menambah tak sedap pandangan.
Jika menyusuri jalan selebar satu meter berpaving keliling pulau itu maka pamandangan itu jelas terlihat.
Baru-baru ini Pemkab melalui dinas terkait mencoba menanam ratusan pohon kelapa, namun banyak yang tak tumbuh normal, tak sedikit pula yang mati.
Pasir Putih
Kini garis pantai di sebelah barat hampir seluruhnya terkena abrasi. Di beberapa titik memang masih terlihat pasir putih, meski sangat tipis. Namun kebanyakan garis pantai itu menggerong dan terus memakan daratan. "Hampir tiap bulan bisa diukur tanah pulau yang terkena abrasi. Mungkin ada 10-20 cm," kata Warto (40), petugas menara suar pulau tersebut.
Abrasi itu juga mengakibatkan beberapa pohon yang ada di sebelah barat tak lagi berada di daratan, tapi terendam air laut.
Di dalam perairan, terumbu karang (koral) juga banyak yang rusak, selain karena faktor alam, juga karena tangan-tangan manusia.
Tentang bahaya abrasi yang mengkhawatirkan itu, Kabid Pesisir, Kelautan dan Pulau-pulau Kecil Dinas Kelautan dan Perikanan Jepara Ir Achid Setiawan mengatakan, pemerintah harus menyiapkan rencana penanggulangannya. Yaitu dengan cara menanam pohon mangrove di keliling pulau itu. (Muhammadun Sanomae-44n)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar